Bolehkah pemimpin muda?

Wednesday, October 25, 2017

Bolehkah pemimpin muda?


Tgk. H. Fadhil Rahmi, Lc
Disampaikan oleh Tgk. M. Fadhil Rahmi, Lc
Allah berfirman dalam surat Baqarah:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah Telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.” mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah Telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Ibnu Khaldun memiliki gagasan penting mengenai kriteria yang harus dimiliki seorang pemimpin. Pertama, seorang pemimpin itu harus memiliki ilmu pengetahuan; kedua, pemimpin itu harus berlaku adil dalam setiap keputusannya; ketiga, sehat fisik dan jiwanya serta kemampuan lain yang memadai. Hal tersebut dibenarkan oleh Ibnu Qayyim bahwa dengan menyempurnakan ilmu, maka kepemimpinan dalam agama akan didapatkan. Kepemimpinan dalam agama adalah kekuasaan yang alatnya adalah ilmu. Landasan teologisnya bisa kita pahami dari ayat di atas. Basthatan fi al-‘Ilm wa al-Jism (Keunggulan pada kekuatan ilmu dan fisik). Maka tentu yg paling ideal menurut ayat itu adalah pemuda.
Ashabul kahfi yang dijadikan teladan di dalam quran merupakan pemuda.
{إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا إلى قوله {إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
“Ingatlah ketika para pemuda mencari tempat perlindungan kedalam gua, lalu mereka berdo’a: Wahai Tuhan kami, berilah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).
Nabi juga menjadi nabi di usia muda. Sekitar 40 tahun umurnya ketika diangkat. Sebelum itu pada usia muda beliau juga telah menjadi pemimpin informal di tengah masyarakat
Juga sabda nabi Beliau:
اغْتَنِمْ خَمْساً قَبْلَ خَمْسٍ شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفَراغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Pergunakanlah yang lima sebelum datang masa yang lima; Masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa kosongmu sebelum datang masa sibukmu dan masa hidupmu sebelum datang masa kematianmu”. (HR Hakim no 7846).
Dari hadits ini dapat kita simpulkan betapa pentingnya masa muda untuk dipergunakan untuk segala hala yang positif. Karena dimasa muda keadaan tubuh seorang manusia dalam masa yang sangat sempurna dalam segala hal, baik dari segi fisik maupun kekuatan inteligensia, begitu juga dalam hal menghadapi tantangan dan rintangan.


Nabi Ibrahim relatif sangat muda. Perhatikan ayat ini Mereka berkata:
قالوا سمعنا فتى يذكرهم يقال له إبراهيم
“Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”. (QS. Al-Anbiya’: 60)
Fata merujuk pada usia remaja, biasanya dinisbatkan pada mereka yang berusia 16 atau 18 tahun. Jika dicari relevansinya dengan zaman sekarang, nabi Ibrahim telah mulai bermanuver dakwah pada usia muda.
Nabi Musa dijelaskan dalam surah al-Qashash ayat 14:

وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ آتَينَاهُ حُكماً وَعِلماً وَكَذَلِكَ نَجزِي المُحسِنِينَ
“Dan setelah dia (Musa) dewasa (balagha asyuddahu) dan sempurna akalnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”.
Lafadz balagha asyddahu menunjukkan awal usia baligh, sekitar 15 tahun. Setelah usia itu Musa dikisahkan masuk ke kota Memphis. Dia melihat perkelahian antara dua orang, satu dari Bani Israel dan satu musuhnya (pihak Fir’aun). Musa membantu pihaknya dari Bani Israel dengan meninju musuhnya sampai mati. Singkat cerita, Musa dikejar dan lari ke negeri Madyan. Di negeri ini dia bertemu dengan dua orang perempuan yang kesulitan memberi air minum untuk gembalaannya karena banyak laki-laki sedangkan bapaknya sudah tua renta. Musa menolongnya, setelah itu ia dipanggil bapaknya (Syu’aib). Setelah dialog, Nabi Syu’aib menikahkan Musa dengan salah satu puterinya dengan satu syarat, Musa bekerja pada Syu’aib selama 8 sampai 10 tahun. Musa menyepakatinya.

Dijelaskan dalam ayat 29, setelah Musa menunaikan janjinya ia berangkat dengan keluarganya ke sebuah tempat. Di sebuah lereng gunung ia melihat api, sebagai awal mula dia mendapat wahyu langsung dari Allah. Sejak itulah dia diangkat menjadi Nabi untuk menebarkan dakwah tauhid dan menumbangkan rezim Fir’aun.
Jika dihitung, kapankah Musa menjadi pemimpin perubahan untuk melawan rezim tirani? Sekitar 25 tahun kalau dia bekerja kepada Syu’aib 10 tahun atau 23 tahun jika ia menunaikan janji bekerjanya 8 tahun. Artinya usia awal yang signifikan menjadi pemimpin pergerakan adalah pada usia sekitar 23-25 tahun.
Merujuk pada nabi Musa, untuk menjadi pemimpin perubahan dibutuhkan persiapan kematangan selama 8 sampai 10 tahun sejak baligh. Lebih dari itu proses persemaian kepemimpinannya semakin matang apabila ia memimpin keluarga terlebih dahulu selama 8 sampai 10 tahun.

Pada tahun kesebelas hijriah Rasulullah menurunkan perintah agar menyiapkan bala tentara utk memerangi pasukan Rum. Dalam pasukan itu terdapat antara lain Abu Bakar Shidiq, Umar bin Khattab, Sa’ad bin ABi Waqqas, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan lain-lain sahabat yg tua-tua. Rasulullah mengangkat Usamah bin Zaid yg muda remaja menjadi pemimpin ketika ia belum genap 21 tahun.
Adalah Az Zubair bin Awwam. Ia adalah sosok pemuda teman diskusi Rasulullah, anggota pasukan berkuda, tentara yang pemberani, pemimpin dakwah Islam di zamannya dalam usia 15 tahun. Sementara Thalhah bin Ubaidillah, seorang pembesar utama barisan Islam di Makkah, singa podium yang handal, pelindung Nabi saat perang Uhud berkecamuk dengan tujuh puluh luka tusuk tombak, donator utama fii sabilillah, mendapat julukan dari Rasulullah: Thalhah si Pemurah, Thalhah si Dermawan di usianya yang masih sangat muda.
Juga Sa’ad bin Abi Waqash, seorang ksatria berkuda Muslimin paling berani di saat usianya baru menginjak 17 tahun. Ia dikenal sebagai pemanah terbaik, sahabat utama yang pertama kali mengalirkan darahnya untuk Islam, lelaki yang disebut Rasulullah sebagai penduduk surga.
Zaid bin Tsabit, mendaftar jihad fii sabilillah sejak usia 13 tahun, pemuda jenius mahir baca-tulis. Hingga Rasulullah bersabda memberi perintah: “Wahai Zaid, tulislah….”. Ia mendapat tugas maha berat, menghimpun wahyu, di usia 21 tahun.

Muhammad Al-Fatih menaklukkan dunia sebagai pemimpin terbaik dengan pasukan yang terbaik pula pada usia 23 tahun.
Sulaiman (Sulaiman The Magnificient) menjadi sultan daulah Utsmaniyyah saat usianya 26 tahun. Harun Ar-Rasyid pemimpin imperium raksasa yang meliputi benua Asia, Afrika, dan Eropa saat usianya 22 tahun. Al-Amin, anaknya, menjadi pemimpin pasukan militer di Khurasan saat usianya 11 tahun. Di usianya yang belia dia meraih kemenangan.
Maka pemuda hari ini harus memantaskan diri menjadi pemimpin. Karena pemimpin itu merupakan amanah.
Penjabaran peran pemuda di dalam menjalani kehidupan secara gamblang tertuang dalam sejalan dengan tiga surat lainnya di dalam Al qur’an. Yakni Maryam, Yusuf dan Luqman. Surat-suart tersebut menjelaskan bagaimana sebenarnya peran pemuda dalam menjalani kehidupan ini dengan cara yang benar. Surat Luqman mngejawantahkan bagaimana menjadi hamba yang beriman secara umum baik bagi wanita maupun pria. Sedangkan Yusuf, lebih menekankan pedoman bagi manusia khususnya generasi muda pria bagaimana cara menghadapi kerasnya zaman. Sedangkan Maryam lebih menekankan kesucian diri yang mesti dimiliki oleh setiap kaum wanita Islam.
اغتنم خمسا قبل خمس: “شبابك قبل هرمك، وصحتك قبل سقمك، وغناك قبل فقرك، وفراغك قبل شغلك، وحياتك قبل موتك”.

Riwayat hakim dalam mustadrak

0 comments :

Post a Comment